Sabtu, 26 Maret 2011


PEMBAHASAN
ENTAMOEBA HISTOLICA & ENTAMOEBA COLI

A. ENTAMOEBA HISTOLICA
a. Morfologi
Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi:
1. ukuran 10-60 μm
2. sitoplasma bergranular dan mengan-dung eritrosit, yangmerupakan penanda penting untuk diagnosisnya
3. terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai de-ngan karyosompadat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebardi pinggiran inti
4. bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar,disebut pseudopodia.
Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
1. bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
2. kista matang memiliki 4 buah inti entamoba tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sitoplasma
3. kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang setelah kista matang.
Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit.
Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan Bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus.



b. Siklus Hidup
Siklus hidup dari seluruh ameba usus hampir sama. Bentuk yanginfektif adalah kista. Setelah tertelan, kista akan mengalami eksistasidi ileum bagian bawah menjadi trofozoit kembali. Trofozoit kemudian memperbanyak diri dengan cara belah pasang. Trofozoit kerap mengalami enkistasi (merubah diri menjadi bentuk kista). Kista akan dikeluarkan bersama tinja. Bentuk trofozoit dan kista dapat dijumpai di dalam tinja, namun trofozoit biasanya dijumpai pada tinja yang cair. Entamoeba histolytica bersifat invasif, sehingga trofozoit dapat menembus dinding usus dan kemudian beredar di dalam sirkulasi darah (hematogen).

c. Penularan
Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista Entamoeba histolytica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8 -12 hari, di air 9 - 30 hari, dan di air dingin (4ºC) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50ºC.
Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara-cara berikut ini:
1. persediaan air yang terpolusi
2. tangan infected food handler yang terkontaminasi
3. konstaminasi oleh lalat dan kecoa
4. penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
5. higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan perumahan Penularan yang berlangsung melalui hubungan seksual biasanya terjadi di kalangan pria homoseksual.

d. Patogenesis dan Patologi
Masa inkubasi dapat terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa bulan. Amebiasis dapat berlangsung tanpa gejala (asimtomatis). Penderita kronis mungkin memiliki toleransi terhadap parasit, sehingga tidak menderita gejala penyakit lagi. Dari hal ini berkembang istilah symptomless carrier. Gejala dapat bervariasi, mulai rasa tidak enak di perut (abdominal discomfort) hingga diare. Gejala yang khas adalah sindroma disentri, yakni kumpulan gejala gangguan pencernaan yang meliputi diare berlendir dan berdarah disertai tenesmus. Lesi yang tipikal terjadi di usus besar, yakni adanya ulkus dikarenakan kemampuan ameba ini untuk menginvasi dinding usus. Lesi primer biasanya terjadi di sekum, apendiks, dan bagian-bagian disekitar kolona sendens. Gambaran ulkusnya seperti gaung botol (flaskshapedulcer), dengan hanya satu atau beberapa titik penetrasi di mukosa usus. Ulkus terjadi di submukosa hingga lamina muskularis dari usus. Ulkus yang lebih dalam dapat melibatkan lamina serosa, sehingga dapat terjadi perforasi hingga rongga peritoneum. Dari ulkus primer tersebut dapat berkembang lesi sekunder dibagian usus yang lain serta organ dan jaringa ekstraintestinal.
Kadang-kadang terbentuk massa tumor granulomatosa (ameboma) diusus besar sebagai lanjutan dari ulkus. Gambaran rontgen dan endoskopi menyerupai karsinoma. Insiden tertinggi untuk terjadinya lesi ekstraintestinal berlangsung di hati melalui vena porta, dan mayoritas berkembang dilobus kanan, menimbulkan abses hati ameba (amebic liver abscess). Amebiasis di paru biasanya merupakan akibat dari perforasi abses hepatic melalui diafrgama. Sedangkan amebiasis kulit terjadi akibat penjalaran abses hingga kekulit. Penjalaran dapat pula terjadi melalui jalan aliran darah (hematogen). Dengan jalan ini penjalaran dapat berlangsung hingga ke organ-organ yang jauh, seperti limpa dan otak, sehingga menimbulkan abses di tempat-tempat tersebut. Abses ameba dapat terjadi di serviks, vulva, vagina, dan penis melalui penularan secara hubungan seksual, yakni seks anal.

e. Diagnosis
Selain menilai gejala dan tanda, diagnosis amebiasis yang akurat membutuhkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bentuk trofozoit dan kista. Metode yang paling disukai adalah teknik konsentrasi dan pembuatan sediaan permanen dengan trichrom stain. Namun yang paling sederhana dan berguna untuk skrining adalah pembuatan sediaan basah dengan menggunakan bahan saline. Sediaan basah yang sederhana ini dapat diwarnai dengan pewarnaan Lugol (menggunakan iodine encer) agar terlihat lebih jelas. Untuk menemukan bentuk trofozoit, tinja sebaiknya segera diperiksa. Waktu yang paling baik adalah di bawah 30 menit. Pada tinja encer dengan gejala klinis yang nyata dapat dijumpai bentuk trofozoit, sedangkan pada symptomless carrier dengan tinja yang padat akan dijumpai bentuk kista.
Selain tinja, spesimen lain yang dapat diperiksa berasal dari enema, aspirat, dan biopsi. Pada aspirasi abses hati akan diperoleh cairan berwarna coklat, dan bentuk trofozoit dapat ditemukan pada akhir aspirasi atau di tepi ulkus. Pemeriksaan yang lebih maju adalah dengan prosedur serologis. Namun dipastikan bahwa pemeriksaan ini jauh lebih mahal. Jenis-jenis pemeriksaan serologis adalah indirect hemagglutination assay (IHA), enzyme-linked imunosorbent assay (ELISA), dan indirect immunofluorescent (IFA).

f. Pengobatan
Penderita amebiasis harus diobati, dengan atau tanpa gejala. Obat-obat amebisidal dibagi atas dua grup, yakni luminal amebicides dan tissue amebicides.Termasuk golongan yang pertama adalah iodoquinol dan diloxadinefuroat, dan termasuk golongan kedua adalah metronidazol, klorokuin, dan dehidroemetin. Belum pernah dilaporkan resistensi terhadap obat-obatan ini.

g. Pencegahan
Banyak cara dalam penularan parasit ini, dan banyak pula cara untuk menanggulanginya.
1. Setiap penderita harus diobati, termasuk symptomless carrier
2. Karena media air sangat penting peranannya dalam penularan, maka perlu diperhatikan kebersihan suplai air minum. Hal ini akan berhubungan dengan jarak jamban dari sumur

B. ENTAMOEBA COLI
a. Morfologi
E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista.Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut:
1. Bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm
2. Sitoplasma mengandung banyak vakuola yang berisi bakteri, jamur dan debris (tanpaeritrosit nucleus dengan karyosom sentral dan kromatin mengelilingi pinggirannya
3. Pseudopodia kurang lebar, sehingga tidak progresif dalam bergerak
Dengan morfologi demikian, maka trofozoit E. coli sangat mirip dengan bentuk prekista dari E. Histolytica.
Kista E. coli memiliki ciri-ciri berikut:
1. Bentuk membulat dengan ukuran 10-35 μm
2. Kista matang berisi 8-16 inti chromatoidal bodies berupa batang-batang langsing yang menyerupai jarum





b. Siklus Hidup dan Patogenesis
Siklus hidup E. coli menyerupai E. histolytica, namun tanpa adanya penjalaran ekstra intestinal. Penularan terjadi karena termakan bentuk kista melalui jalan yang sama dengan penularan E. histolytica. Infeksi E. coli bersifat asimtomatis dan non patogen.
Namun parasit E. Coli sering dijumpai bersamaan dengan infeksi E. histolytica pada penderita amebiasis.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan tinja. Bentuk trofozoit E. coli agak sukar dibedakan dengan bentuk prekista E. histolytica. Kista mudah dibedakan bila telah memiliki lebih dari 4 inti. Pengobatan tidak diperlukan karena protozoa ini non patogen

KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat diselesaikan makalah ini. Selain itu penulis juga tak lupa untuk mengirim salam dan salawat kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam penulisan makalah kali ini, adapun hal yang dibahas yakni “ENTAMOEBA HISTOLICA‘’. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan dalam rangka meningkatkan mutu dan pengembangan ilmu, serta adanya keinginan untuk menyebarluaskan pengetahuan kepada masyarakat luas.
Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, tugas ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan sebagai tugas yang diembankan kepada mahasiswa.
Betapa banyak ide dan gagasan yang ingin kami paparkan dalam upaya penyusunan makalah ini. Namun keterbatasan sebagai makhluk Tuhan yang tidak sempurna jugalah yang membatasi. Dan tak lupa kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yaitu rekan-rekan kami yang cukup banyak membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan terutama pembimbing, kami mengucapkan banyak terima kasih.

Makassar, Oktober 2010

Penyusun

DAFTAR ISI


Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
A. ENTAMOEBA HISTOLICA 1
a. Morfologi 1
b. Siklus Hidup 2
c. Penularan 2
d. Patogenesis dan Patologi 3
e. Diagnosis 4
f. Pengobatan 4
g. Pencegahan 5
B. ENTAMOEBA COLI 5
a. Morfologi 5
b. Siklus Hidup dan Patogenesis 6

Tugas Parasitologi

ENTAMOEBA HISTOLICA
& ENTAMOEBA COLI

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:


NAMA : MUH. AGUS NUR
NIM : 030 9037
KELAS : I. A


AKADEMI ANALIS KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar